-->
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Search This Blog

Bookmark

Belajar Mandiri Tarot Psikologi (1)

ARKANA~  Pernah mendengar kartu tarot? Tarot memang dikenal sebagai medium ramalan. Tapi kali ini kita membahas aliran tarot yang lain. Tarot tak lagi sekadar kartu ramalan yang dibuka di tengah malam sambil membakar dupa, melainkan sebuah medium reflektif yang bisa diajak berdialog dengan psikologi, terutama psikologi bawah sadar. Di sini, kita tidak sedang memburu nasib baik atau jodoh yang katanya sudah tertulis di kartu. Kita sedang belajar membaca simbol, memahami diri, dan kalau boleh sedikit ambisius, menyelami lapisan terdalam dari kesadaran manusia.

Tarot, dalam pendekatan ini, bukanlah praktik mistis. Ia adalah keterampilan. Sama seperti memasak rendang, menyusun kontrak hukum, atau menyanyi lagu klasik di panggung opera. Semua bisa dipelajari. Tidak perlu indra keenam, tidak perlu bakat supranatural. Yang dibutuhkan adalah kemauan untuk memahami simbol dan kesediaan untuk berdialog dengan diri sendiri.

Kartu-kartu tarot menyimpan kekuatan yang bekerja di wilayah yang jarang kita jamah: alam bawah sadar. Dalam psikoanalisis, wilayah ini disebut unconscious, bagian dari diri yang diam-diam menentukan banyak keputusan kita. Ketika kita belajar membaca tarot, sebenarnya kita sedang belajar membaca diri. Simbol-simbol itu bukan sekadar gambar; mereka adalah pintu masuk menuju lapisan-lapisan pengalaman, trauma, harapan, dan intuisi.

Kalau Anda pernah menonton film Inception, Leonardo DiCaprio, Anda tahu bahwa mimpi bisa berlapis-lapis. Semakin dalam lapisan mimpi, semakin cepat dan intens pengalaman yang terjadi. Begitu pula dengan tarot. Semakin dalam kita menyelami simbolnya, semakin besar kemungkinan kita menemukan sesuatu yang selama ini tersembunyi di balik kesadaran.

Sigmund Freud menyebut alam bawah sadar sebagai wilayah personal. Tempat trauma masa kecil, ketakutan yang tak terucap, dan pengalaman yang tertimbun. Misalnya, seseorang yang pernah digigit anjing mungkin akan merasa tidak nyaman melihat kartu The Fool yang menampilkan anjing kecil. Atau seseorang yang tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh bisa jadi memiliki cara pandang yang berbeda terhadap relasi dan komitmen.

Namun Carl Gustav Jung membawa kita lebih jauh. Ia memperkenalkan gagasan tentang ketaksadaran kolektif—bahwa simbol-simbol dalam tarot tidak hanya berbicara kepada individu, tapi juga kepada umat manusia secara keseluruhan. Matahari, bulan, bintang, raja, ratu—semuanya adalah arketipe yang hidup dalam benak kita, lintas budaya dan lintas zaman. Meski bentuknya berbeda, maknanya tetap menyentuh sesuatu yang sama dalam diri kita.

Di serial berikutnya, kita akan mulai mempelajari 78 kartu tarot yang terbagi menjadi dua kelompok: Arkana Mayor dan Arkana Minor. Jangan khawatir dengan jumlahnya. Kita akan pelajari pelan-pelan, menggunakan model dek kartu Rider-Waite-Smith. Yang penting bukan seberapa cepat Anda hafal, tapi seberapa dalam Anda memahami. Selamat belajar mandiri.*
0

Post a Comment