![]() |
Penulis: Bimo Ruwandana Anneru, Mahasiswa Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga |
ARKANA~ Gotong royong bukan sekadar nilai budaya yang melekat pada masyarakat Indonesia, tetapi merupakan landasan filosofis yang mengakar dalam perjuangan bangsa menuju kemerdekaan. Filsafat gotong royong sendiri sudah ada dari zaman dahulu. Setiap mahluk yang hidup bersosial, pastinya mahluk itu membutuhkan orang lain. Sebagai negara dengan beragam suku, agama, dan budaya, gotong royong telah menjadi prinsip yang menyatukan rakyat dalam menghadapi tantangan bersama, mulai dari masa penjajahan hingga era modern. Dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia sendiri, gotong royong adalah salah satu faktor yang mendorong keberhasilan Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya. dan bagaimana gotong royong tetap relevan dan juga terpakai sampai zaman moderen sekarang, terutama dalam membangun rasa kebersamaan dan tantangan zaman.
Definisi dan Makna
Secara etimologi, gotong royong berasal dari bahasa Jawa. Gotong yang artinya angkat atau pikul dan royong yang artinya bersama-sama. Jadi secara harfiah bisa diartikan sebagai bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Namun, dalam konsep filosofis, gotong royong memiliki makna yang sangat dalam. Nilai filosofis ini merefleksikan kerjasama kolektif yang membuat setiap individu berperan dalam menyumbangkan tenaga, pikiran, dan usaha demi kebaikan tanpa menginginkan imbalan. Gotong royong tidak hanya tentang menyelesaikan pekerjaan dengan kerjasama, tetapi juga bisa menjadi jalan untuk mempererat hubungan masyarakat dan meningkatkan rasa solidaritas antar masyarakat. Gotong royong adalah bentuk solidaritas sosial yang mengutamakan kesejahteraan dan kemakmuran komunitas diatas kepentingan individu.
Di banyak daerah di Nusantara, gotong royong sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sejak zaman pra-kolonial. Biasanya bentuk gotong royong terlihat jelas di dalam kegiatan-kegiatan seperti kegiatan agraris seperti bertani, nelayan, dan lain sebagainya. Kegiatan seperti membangun rumah, acara adat, dan kegiatan kegiatan sosial lainnya biasanya merefleksikan gotong royong. Contoh konkrit dalam penggunaan gotong royong adalah waktu indonesia sedang dalam masa pergerakan nasional. Disaat bangsa kolonial mulai melemah, rakyat Indonesia memanfaatkan masa ini untuk bersatu dan memerdekakan indonesia. Dengan gabungan dan kerjasama dari segenap bangsa dan rakyat Indonesia, Indonesia dapat mendeklarasikan kemerdekaannya pada !7 Agustus 1945 yang diproklamasikan oleh Soekarno atau kerap dipanggil sebagai Bung Karno.
Sejarah Pergerakan Nasional
Dalam sejarah pergerakan Nasional, gotong royong menjadi peran kunci yang sangat penting dalam keberhasilan Indonesia untuk merdeka. Ketika bangsa Indonesia menghadapi penjajah yang jauh lebih kuat dalam segi teknologi dan militer, bangsa Indonesia dari daerah-daerah bersatu dan bekerjasama untuk menaklukan penjajahan yang terjadi di Indonesia. Dengan ini gotong royong menjadi elemen masyarakat yang penting dalam keberhasilan perjuangan bangsa Indonesia. Pergerakan nasional sendiri terjadi dalam kurun waktu 1908-1945. Sebelum periode ini, pergerakan yang dilakukan untuk menentang kaum penjajah masih bersifat kedaerahan sehingga sulit sekali untuk menaklukan para penjajahan. Saat periode pergerakan nasional indonesia, lahir organisasi baru yang lebih mementingkan cita-cita nasional diatas kepentingan kedaerahan.
Awal mula dari periode pergerakan Nasional adalah lahirnya organisasi yang bernama Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Wahidin Soedirohoesodo dan Soetomo, mahasiswa STOVIA dan membentuk organisasi Budi Utomo. Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh kumpulan mahasiswa bangsa Indonesia. Indische Partij, didirikan di Kota Bandung pada 25 Desember 1912 oleh tiga orang yang dijuluki tiga serangkai yaitu, Dr. EFE Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi, RM Suwardi Suryanigrat yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, serta Tjipto Mangoenkoesoemo. Organisasi ini memiliki tujuan untuk menciptakan dan mengembangkan rasa nasionalisme dan persatuan antara orang Indonesia. Organisasi Indische Partij juga melakukan kritik terhadap pemerintahan kolonial Belanda.
Dengan lahirnya organisasi-organisasi yang lain, bangsa Indonesia mendapatkan rasa kebersamaan, persatuan, dan rasa senasib sepenanggungan yang diakibatkan oleh penjajahan. Melalui organisasi-organisasi ini persatuan di antara pemuda dari berbagai suku dan daerah berkumpul dan pada Kongres Pemuda 1928, semangat gotong royong tercermin dan melahirkan Sumpah Pemuda yang mengikrarkan persatuan dari berbagai suku dan daerah. Dalam konteks ini, gotong royong tidak hanya berarti kerjasama secara fisik, melainkan persatuan ide dan tekad untuk mencapai kebebasan dari penjajahan.
Puncak dari gotong royong dalam sejarah pergerakan nasional adalah pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Dalam rangkaian proklamasi ini golongan muda dan golongan tua memiliki perbedaan pendapat terhadap waktu kemerdekaan Indonesia. Golongan tua berpendapat untuk menuruti hari kemerdekaan yang dijanjikan oleh pemerintah Jepang yaitu pada tanggal 24 Agustus 1945 namun, para golongan muda menginginkan kemerdekaan lebih cepat karena melihat kekhawatiran kedatangan kembali sekutu dan mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Dalam persiapan proklamasi ini rakyat dari berbagai latar belakang saling bahu-membahu dan mendukung perjuangan untuk mencapai kemerdekaan, baik melalui perlawanan fisik maupun dukungan moral untuk bisa mencapai satu tujuan yaitu kemerdekaan Indonesia.
Relevansi Filsafat Gotong Royong
Di era modern ini, gotong royong masih menjadi praktik yang sangat relevan. Saat ini masyarakat menghadapi tantangan seperti individualisme, globalisasi, dan ketidaksetaraan ekonomi. Tantangan-tantangan inilah yang menguji bagaimana masyarakat masih bisa menghidupkan semangat kebersamaan dan bersama-sama menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada praktik gotong royong tradisional, pola pikir masih berorientasi pada nasib, instrumen hidup, dan keselarasan yang membuat masyarakat saling bahu-membahu untuk melanjutkan kehidupan. Sementara di era modern ini masyarakat lebih individualis maka praktik gotong royong mulai meredup. Modernisasi juga memberikan dampak pada pekerjaan dan cara kerja masyarakat menjadi berbeda. Salah satunya dengan adanya Personal Computer maka pekerjaan administrasi bisa dilakukan oleh satu orang saja. Namun jika praktik gotong royong dilaksanakan, pekerjaan administrasi itu akan selesai dengan lebih cepat.
Gotong Royong bukan hanya sekedar nilai budaya yang diwariskan secara turun temurun, namun juga merupakan landasan filosofis yang berperan penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dalam pergerakan nasional, gotong royong menjadi kekuatan yang mempersatukan masyarakat dari berbagai latar belakang dalam melawan kolonialisme dan mencapai kemerdekaan. Dengan adanya pemikiran masyarakat yang saling bahu-membahu dengan praktik gotong royong, masyarakat menjadi bersatu dan kuat untuk peduli akan sesama. Dan di masa kini gotong royong juga masih menjadi praktik yang relevan karena dengan gotong royong masalah dan pekerjaan akan lebih mudah untuk diselesaikan.*
Post a Comment